Itsme231019

To be Babu, No Way !!!

Posted on: November 30, 2007

slavery

Inilah rumahku. dimana aku bebas mengekspresikan diriku. Namun rumahku ini terbuka buat nuansa dialog dengan orang-orang yang tentu juga punya rumah kebebasannya.

Diantara rumah-rumah ini idealnya bisa saling berbagi pandangan dan pemikiran. Jadi ada semacam dialektika yang negotiable dan sportif. dan bagi saya ini adalah bibit-bibit demokrasi yang perlu dibangung dan dikembangkan.

Pada saat ini, ada yang mengusik diri saya. Usikan ini berupa pertanyaan “bolehkah aku bekerja di negeri orang sebagai Pembantu (TKW)?

Saya pikir, ada banyak yang bisa dianalisa dari penggalan kalimat diatas. Menarik sekali, karena kalimat tersebut merupakan simbol dari realitas kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan saya, kalimat tersebut ada kaitannya dengan mentalitas dan karakter anak bangsa. Bayangin saja, hingga saat ini, indonesia masih termasuk negara yang banyak bermain sebagai Agen memproduksi tkw ke luar negeri.
Nampaknya, Pilihan menjadi babu sudah terlanjur menjadi trend dikalangan orang-orang tertindas. dalam benaknya, tidak ada pilihan lain kecuali membabu. dan saya pikir, ini sangat berbahaya terutama ketika membabu ini menjadi sebuah mentalitas dan kepribadian. ia akan sulit dihilangkan, karena sudah mengkarakter dan mengkristal dalam diri.

Saya pikir, ada something wrong dalam cara kita berfikir, terutama kita sebagai anak bangsa. Okelah, bangsa kita masih terpuruk. Bangsa kita masih banyak menyimpan nilai-nilai bobrok dalam dirinya. Nampaknya perubahan itu harus terus digali dan dikembangkan kearah yang lebih dignity.

Pilihan menjadi tkw adalah cerminan bahwa kondisi sosial dimasyarakat kita masih banyak ketimpangan. Untuk bisa bekerja di pabrik misalnya, ternyata harus mengeluarkan sejumlah uang agar bisa diterima sebagai karyawan. Sebuah tontonan yang aneh dan irrational sekali. Jadi ada semacam nilai-nilai ekploitatif terhadap orang-orang tertindas.

Orang-orang tertindas ini bukan diberi harapan, namun justru untuk diekploitasi. Dan sesungguhnya harapan-harapan yang diberikan bersifat semu belaka. Ia merupakan iming-iming dan mimpi-mimpi yang cantik namun ternyata mengkhianati.

Karena ruang-ruang pekerjaan dinegeri sendiri dinilai ekploitatif dan licik, pilihan bekerja di negeri orang sebagai tkw pun makin dilirik. Tapi ternyata prosesi menjadi tkw pun, terkadang tak lepas dari unsur-unsur ekploitasi. Si tkw diharuskan bayar ini dan itu dengan berbagai justifikasi.

Saya bertanya, kenapa sih harus memilih menjadi babu. Kenapa hidup ini harus dijalanin dengan minder (inferior). Karena menjadi tkw adalah sesungguhnya cermin dari inferiority.

Saya pikir, kalau kita punya skill yang bisa dibanggakan. Kenapa harus menjadi tkw atau babu buat orang. Nah, bagaimana agar kita punya skill dan kemampuan? Maka jawabannya adalah pendidikan.
Jika berbicara pendidikan, maka dengan sendirinya tersimpan didalamnya proses pembelajaran.

Kita harus berani untuk belajar dari setiap kesalahan agar tidak terulang kembali. Kesalahan-kesalahan itu bisa terjadi dalam lingkup sosial masyarakat kita.
Kita tahu bahwa tidak sedikit kecurangan-kecurangan terjadi disetiap jengkal dinegeri kita ini. Dan ternyata kecurangan-kecurangan itu membuat bangsa ini makin terpuruk.
Nah disini kita harus memposisikan diri sebagai agen solutif dan kontribusi positif bagi bangsa. Setidaknya dimulai dari lingkup hidup kita yang terkecil. Dari diri sendiri, keluarga, teman-teman dan masyarakat setempat.

Edukasi awareness tentang hidup dignity seperti
• tidak meminta-minta,
• tidak mencela,
• tidak mengeluh,
• hidup sederhana,
• respek terhadap sesama,
• tidak mengambil hak orang lain,
• hidup dengan kerja keras,
• percaya diri,
• menghindari sebisa mungkin untuk menghutang,
• tidak mengekploitasi orang lain,
• suka memberi, dan
• taat terhadap hukum demi kemaslahatan bersama,
• apresiatif terhada alam adalah merupakan nilai-nilai hidup dengan etika tertinggi yang harus ditradisikan ditengah-tengah masyarakat.

Tentu saja harus dimulai dari diri sendiri, lalu kita rembetkan kepada yang lain, sehingga akan mengharu biru sebagai karakter bangsa.

Percaya akan kemampuan diri akan mengantarkan pada pilihan yang terbaik dala hidup. Tentu saja pilihan menjadi tkw adalah pilihan terburuk, karena memang mengandung banyak risiko dengan tingkat tinggi.
Akhirnya, saya ingin mengucapkan, “Pede aja lagi” ….sepakat

8 Responses to "To be Babu, No Way !!!"

first, no one can make you feel inferior without your consent.

masalahnya adalah, pendidikan masih belum bisa diakses dengan begitu mudahnya oleh sebagian rakyat negeri ini.

@mataharicinta.
Betul bahwa pendidikan masih terlalu elitis sehingga tidak menjamah orang-orang dari kalangan bawah. lagi pula pendidikan dinegeri kita masih berpusat pada selera guru sehingga latarbelakang siswa dinegasikan. maka terciptalah generasi yang suka membebek. waktu saya belajar di SMP, proses belajar mengajar itu terasa frustating dan boring. bagaimana tidak, guru cuma bisa nyuruh muridnya untuk mencatat apa yang tertulis dalam board. sudah gitu,dipaksa untuk menghapal. pokoknya ngeri deh. hehehe..
thanks atas kunjungannya

tulisan yg bagus, mari kita sebarkan semangat ini dengan saling memasang link 🙂

@ray.
oke deh, i will visit your page and try to put something good there. thanks for visiting my “gubuk kebebasan”.

dimulai dari membangun mental dan karakter. menuju ke sana, mentok dan berujung pada pendidikan yang tidak terjangkau. complicated!

Leave a comment